OkeNews.net - Upaya Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) NTB dalam memberdayakan ekonomi masyarakat petani ternak terus dilakukan. Sebelumnya HKTI memberikan bantuan sapi ternak kepada masyarakat melalui dana kredit usaha rakyat (KUR) kerja sama Pemerintah Lombok Timur.
Kali ini, HKTI meluncurkan program pemberdayaan petani ternak melalui program pengemukan sapi brahma atau bakala kerja sama PT Karya Hoqi untuk memberikan 10 juta sapi di NTB, khususnya masyarakat Lombok Timur secara bertahap selama jangka waktu 5 tahun.
"Malam ini kita tanda tangani kerja sama dengan PT Karya Hoqi milik pak Bahtiar. Kita berikan kepada masyarakat NTB, tapi kita prioritaskan Lombok Timur," ungkap Ketua HKTI NTB, H Rumaksi dalam keterangan persnya, Rabu (21/10/2020) di kediamannya di Bagik Papan.
Disebutkan, persyaratan pengembangan sapi brahma itu tidak rumit, namun petani ternak ini harus mengurus secara serius agar kesejahteraan mereka dapat meningkat. "Caranya untuk mendapatkan bantuan sapi itu mendaftarkan diri ke HKTI," ungkap Rumaksi yang juga Wakil Bupati Lombok Timur itu.
Dijelaskan pula, masyarakat yang boleh mengajukan permohonan untuk mendapatkan sapi brahma itu, boleh siapa saja. "Dia mau pakai perorangan, kelompok boleh. Tapi saya disarankan untuk kerja sama pondok pesantren. Yang penting tujuan kita berikan mereka bisa berubah ekonominya," ujar wabup.
Untuk pondok pesantren paparnya, bisa mendapatkan jumlah besar, bahkan bisa mencapai ribuan ekor. "Pondok pesantren kita bisa berikan seribu atau dua ribu ekor, sepanjang masyarakat punya lahan untuk buat kandang," paparnya.
Tujuan pemberian bantuan kepada pondok pesantren itu agar bisa mengratiskan semua biaya santri yang mondok. "Sekolah bisa ngambil biaya dari hasil pemeliharaan sapi itu," imbuhnya. Adapun keuntungan yang bisa diambil adalah dari hasil penjualan setelah beberapa bulan dipelihara.
Disebutkan, masyarakat hanya menjaga. Dan dia mendapat hasil dari kelebihan berat selama mereke pelihara sapi itu. Jadi ini bukan seperti sistem kadas yang harus bagi dua dari hasil penjualan. Tapi masyakarat diberikan keuntungan dari selisih berat selama dipelihara. Ia mencontohakan, ketika pemberian sapi itu beratnya 400 kilogram, kemudian selama dipelihara beberapa bulan beratnya bertambah 450 kilogram maka itulah kuntungan yang akan diperoleh.
Direktur PT. Karya Hoqi, H Bahtiar mengatakan, sebanyak 10 juta ekor sapi bakala (brahma) dari Australia itu bakal ditargetkan dalam jangka waktu 5 tahun. Dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
"Kita dari PT. Karya Hoqi berkerjasama dengan DPP HKTI NTB untuk kepentingan masyarakat. Kita akan lakukan secara bertahap. Lalu diplasmakan kepada rakyat. Intinya HKTI plasmanya adalah rakyat,” ujarnya usai menandangani kerja sama dengan Ketua HKTI NTB itu.
Alasan melakukan impor sapi dari Australia karena kurangnya stok sapi di dalam negeri dibanding dengan tingkat konsumsinya yang tinggi. Selain itu, masyarakat akan mendapatkan manfaat ekonomi dengan pola penggemukan ini.
“Alasan memilih sapi Australi, karena sapi di Indonesia kurang dari jumlah konsumsi, jadi kita harus impor untuk digemukkan di sini, masyarakat juga mendapat hasil atas binaan HKTI,” paparnya.