Oleh: ASHHABUL YAMIN
SIAPA di antara kita yang tidak mengenal Fir'aun? Ya, nama Fir'aun begitu besar dan terkenal. Namun sayangnya kebesaran dan keterkenalan nama Fir'aun bukan karena kebaikannya sebagai manusia dan penguasa, ia justru terkenal karena kezalimannya dalam catatan sejarah peradaban manusia. Kezalimannya telah diabadikan dalam Q.S 20:43 "Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas."
Ashhabul Yamin |
Lalu pertanyaan selanjutnya, saat ini siapa di antara kita yang pernah menemukan orang atau penguasa sezalim Fir'aun? Tentu saja jawabannya tidak ada. Ya, tidak ada orang atau penguasa yang sezalim Fir'aun di zaman sekarang. Dengan orang seperti Fir'aun saja Alloh perintahkan Musa dan Harun sebagai Rasul Nya untuk berbicara baik-baik dengan lemah lembut kepadanya. Kejadian ini diabadikan dalam Q.S 20:44 "Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".
Lantas bagaimana dengan fenomena umum yang kita temukan di masyarakat belakangan ini. Seringkali kita temukan seseorang atau sekelompok orang mencaci maki, menggibah, bahkan memfitnah orang yang dianggap tidak pas dan tidak sesuai dengan kaidah-kaidah atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat, bahkan tak jarang orang dicaci maki hanya karena tidak pas dan tidak sesuai dengan selera dan keinginan kelompok tertentu.
Sebuah studi menunjukkan bahwa ada 2 (dua) hal strategis yang dilakukan oleh Belanda hingga berhasil menjajah Indonesia beratus-ratus tahun lamanya, yang pertama Belanda mempelajari budaya bangsa Indonesia, yang kedua Belanda menutup dan meringkus akses orang Indonesia untuk mengenyam pendidikan.
Menurut seorang penulis pada harian kompas, Belanda konon membiarkan rakyat Indonesia tetap bodoh agar Belanda tetap dengan mudah dan leluasa menjajah Indonesia (Linda Latumahina). Belanda yakin bahwa orang yang bodoh akan cenderung saling memusuhi. Orang yang bodoh dan cenderung saling memusuhi satu sama lain tidak akan sempat memikirkan masa depan dan kemajuan. Waktu dan tenaga mereka akan terkuras habis dalam permusuhan dengan sesama saudara sendiri. Benarlah apa yang disampaikan oleh Bapak Proklamator kita Bung Karno "Musuhku sangatlah mudah karena melawan bangsa asing, musuhmu sangatlah berat karena melawan bangsamu sendiri."
Lalu bagaimana dengan tingkat pendidikan masyarakat belakangan ini? Sesungguhnya tingkat pendidikan masyarakat kita belakangan ini sangatlah hebat. Meskipun demikian toh tidak juga membuat mereka tidak saling sikut dan saling sikat dengan saudara sendiri. Justru pemandangan yang kita lihat seringkali kompetisi yang terjadi cenderung tidak sehat. Semua merasa pintar dan hebat dengan argumentasi masing-masing. Semua merasa bahwa kelompoknyalah yang paling benar. Lantas orang di luar kelompoknya adalah salah.
Menurut Dr. Hamid Fahmy Zarkasy "Siapa yang tambah ilmunya, tetapi tidak tambah petunjuk atau iman, dia akan tambah jauh dari Tuhannya." Semakin dalam ilmu, maka akan semakin dalam iman seseorang. Semakin dalam ilmu maka akan semakin baik kualitas ibadah seseorang.
Orang yang tampak berilmu akan tampak seperti orang pintar, kepintaran inilah yang seringkali membuatnya membenturkan kepentingan pribadi atau kelompoknya dengan kepentingan masyarakat banyak. Tak pelak hal-hal semacam ini akan menggeret pada konflik dan permusuhan ditengah-tengah masyarakat, padahal tidak ada yang perlu dipermasalahkan di dalam masyarakat. Tidak ada yang tidak bisa dibicarakan baik-baik, tidak ada yang tidak bisa didiskusikan. Ini perkara dunia, perkara muamalah. Jika ada masalah, mari kedepankan musyawarah. Bermusyawarah dengan hikmah dan kebijaksanaan sesuai dengan falsafah bangsa kita sila keempat Pancasila "kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan." Bermusyawarahlah dengan keilmuan yang kita miliki, hingga ilmu yang kita miliki tersebut mengantarkan kita sampai pada maqom kebijaksanaan.
Maka untuk mempercepat kemajuan dimasyarakat, hidup damailah dalam perbedaan, entah itu perbedaan pendapat, perbedaan suku, perbedaan agama sekalipun. Saling bekerja samalah dengan modal ilmu dan pengetahuan yang kita miliki, hindari permusuhan dengan sesama saudara sendiri. Imam Asy Syafi'i mengatakan, "Sejelek-jelek perbekalan menuju akhirat adalah permusuhan antara para hamba."
#Penulis adalah Guru PPKn di SMA Negeri 3 Donggo Kabupaten Bima -NTB