Okenews | Dua srikandi alias siswi MAN 1 Lombok Timur menjad finalis dalam lomba karya ilmiah paling bergengsi di Indonesia yakni Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-53 tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Kedua srikandi tersebut yakni Wahyuni Wardiati dan Siti Jamiatun itu mengikuti proses seleksi yang sangat ketat, bersaing dengan ribuan peserta dari seluruh sekolah Indonesia.
Wahyuni mengatakan, judul penelitian yang diangkat oleh Wahyuni dan Jamiatun yakni "Pemenuhan Hak Sertifikasi Tanah Atas Nama Perempuan SukuSasak: Study Kesetaraan Gender di Kecamatan Sakra Barat".
Latar belakang penelitian ini berawal dari kentalnya sistem patriarki di kalangan masyarakat suku Sasak membuat posisi perempuan lemah dalam status sosial, ekonomi, kultural, hukum, bahkan dalam pewarisan pembagian harta tanah.
"Hal inilah yang menciptakan fakta bahwa terdapat kesenjangan kepemilikan tanah antara perempuan dan laki-laki," kata Wahyuni pada wartawan di Selong, Rabu (13/0/2021).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat tradisi pembagian harta waris tanah terhadap ahli waris perempuan dalam masyarakat suku Sasak. Kedua, mendeskripsikan proses pembagian harta waris dalam masyarakat suku Sasak di Kecamatan Sakra Barat melihat relasi perempuan dan laki-laki dalam keluarga.
"Ketiga, menjabarkan pandangan para pihak di dalam keluarga suku sasak terhadap pembagian hak waris untuk perempuan di masyarakat suku sasak. Keempat, untuk mengetahui usaha perempuan suku Sasak di Kecamatan Sakra Barat untuk memperjuangkan hak pemenuhan sertifikasi tanah yang dimiliki," jelasWahyuni
Ia menyebutkan, penelitian yang dilakukan dua siswi ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan penyebaran kuesioner.
"Hasil penelitian menunjukan; pertama, belum ada kesetaraan gender dalam pembagian waris secara hukum adat suku sasak. Kedua, Terjadi ketimpangan antara perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan, laki-laki lebih mendominasi dalam pengambilan keputusan dalam keluarga baik meliputi anak, istri, maupun anak dan hak suara perempuan masih dikesampingkan," paparnya.
Ketiga, masyarakat suku Sasak di Sakra Barat belum memiliki kesadaran terhadap kesetaraan gender terhadap pembagian harta waris. Keempat, tidak ada kesadaran perempuan ataupun laki laki untuk mengupayakan atau memperjuangkan hak dalam pemenuhan hak sertifikasi tanah atas nama perempuan.
Menurut Wahyuni, temuan tidak ada kesetaraan gender dalam tradisi pembagian harta waris menurut hukum adat Sasak di kalangan masyarakat Sakra Barat. Praktik patriarki di masyarakat suku Sasak Sakra Barat masih kental.
Atas prestasi yang diraih oleh siswa MAN 1 Lombok Timur, Kepala madrasah, M. Nurul Wathoni, M.Pd memberikan apresiasi dan dukungan penuh. Madrasah akan terus mendukung siswa-siswi yang berompetisi baik dijenjang lokal hingga internasional. Madrasah akan memberikan suport baik secara moril maupun secara materil.
"Selamat kepada Wahyuni dan Jamiatun yang telah mampu membawa harum nama madrasah di ajang kompetsi karya ilmiah paling bergengsi dan paling tua di Indonesia," ungkap Wathoni.
Lebih lanjut Wathoni, menyampaikan, hampir setiap tahun ekskul KIR MAN 1 Lombok Timur bisa dikatakan tidak pernah absen dalam menyumbang prestasi di tingkat nasional. "Semoga ini menjadi berkah untuk mewujudkan madrasah hebat bermrtabat, harap Wathoni.