Muhammad Fauzan |
Salah satu calon yang cukup mencolok di perebutan Ketua PKC Bali Nusra ini adalah Muhammad Fauzan, kader militan PMII asal Desa Pene, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Dengan jargon PMII Keren dan Hebat, modal pengalaman organisasi yang cukup lama, jejaring sosial - politik yang luas, Muhammad Fauzan optimis bakal bisa muncul sebagai pemenang di arena Konferensi Koordinator Cabang (Konkorcab) tahun 2022 ini.
Putra Daerah Lotim kelahiran 1995 tersebut mengukir karir sebagai aktivis di PMII semenjak duduk di bangku kuliah di Institut Agama Islam Hamzanwadi (IAIH) Pancor tahun 2013 silam.
Posisi-posisi strategis di kepengurusan PMII tentu pernah Ia diduduki, di antaranya adalah Ketua Rayon al Farabi PMII Komisariat IAIH NWDI Pancor. Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua II Komisariat IIAH NWDI Pancor, Wakil Sekretaris Ketua II PMII Cabang Kabupaten Lombok Timur, Wakil Ketua II PMII Cabang Lombok dan yang terakhir ialah Wakil Sekretaris Bidang Kaderisasi PKC PMII Bali Nusra periode 2018-2022.
Tak hanya di organisasi ekstra kampus, semangat gerakan Muhammad Fauzan juga meninggalkan jejak di organisasi Intra kampus. Tercatat Ia pernah menjabat sebagai Koordinator Bidang Kaderisasi Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Bimbingan Konseling Islam (BKI), Koordinator Bidang Kemahasiswaan BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas Dakwah IAIH NWDI Pancor, Menteri Luar Kampus BEM IAIH NWDI Pancor dan juga Wakil Ketua FKM BPI/BKI Indonesia Wilayah IV.
Muhammad Fauzan lahir dari keluarga sederhana yang menggantungkan hidupnya hasil pertanian. Anak kedua dari empat bersaudara ini mengaku bersyukur dilahirkan dari keluarga seperti itu, yang Ia sebut sebagai faktor utama yang membentuk kepribadiannya sebagai seorang manusia.
Bahkan, kata Fauzan, kegilaannya dalam dunia gerakan juga sedikit banyak diinspirasi oleh ajaran-ajaran yang ia terima dari orang tuanya. Katanya, sejak kecil Ia diajarkan untuk peduli terhadap sesama, membantu jika mampu dan memberi kepada mereka yang butuh.
"Jiwa sosial saya itu memang terbentuk dari didikan masa kecil saya di rumah, yang kemudian menemukan bentuknya di PMII, termasuk bagaimana menghormati orang lain, terutama kepada yang lebih tua, juga selalu diajarkan orang tua saya dulu," kata Fauzan.
Di PMII, kata Ojan, demikian ia akrab disapa, Ia seperti menemukan wadah dan jalan untuk bisa membantu dan berbuat lebih untuk orang banyak. Filsafat yang Ia pegang adalah bagaimana menjadikan dunia gerakan sebagai ladang amal ibadah. Karena menurutnya, dunia gerakan merupakan salah satu upaya perbaikan manusia menuju jalan yg menyelamatkan dunia dan akhirat.
"Gerakan itu dalam hemat saya adalah Siasatul Ummah Mabniun ala Akidatihi," ujarnya tegas.
Kaitannya dengan pemilihan Ketua PKC, Ojan menilai bahwa yang paling penting dari kontestasi PKC ini bukan soal kalah atau menangnya, akan tetapi bagaimana proses pendewasaan diri dalam berorganisasi di PMII. Sebab PMII, kata Ojan, lahir dengan hajatan para alim ulama yakni mampu mencetak kader-kader yang ulil albab.
"Hal itu sudah termaktub dalam AD/ART Bab IV pasal 4 yang berbunyi; Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia," papar Ojan berapi-api.
Oleh karenanya, Ia menegaskan bahwa proses itulah yang terpenting dari semua bentuk pergulatan yang ada di tubuh PMII di semua jenjang kepengurusan, termasuk di dalam kontestasi perebutan Ketua PKC PMII Bali Nusra saat ini.
"Yang penting sekarang kita berjuang dulu dengan seluruh kekuatan yang kita miliki, soal hasil kita serahkan sama yang di atas sebab tugas kita hanya berikhtiar itu, yang menentukan tetap Tuhan," imbuhnya.
Namun demikian, jika terpilih nanti Ia berharap bisa bersinergi dengan semua unsur dan stakeholder yang ada di Bali Nusra. Tujuannya, kata Ojan, tidak lain ialah untuk menjadikan PMII muncul, hadir dan bisa bersaing di kancah nasional dan internasional, baik dengan ide, gagasan yang besar tentang kemajuan, maupun dengan kegiatan dan karya nyata di masyarakat.
Ia optimis, beberapa tahun ke depan kemajuan dunia akan semakin pesat, karenanya semua konstelasi yang ada di pergerakan juga harus bisa mengimbangi kemajuan tersebut.
"Sederhananya, di zaman disrupsi ini kita ingin meminimalisir konflik, apalagi konflik internal, kita ingin kolaborasi, seayun selangkah, baik dengan sahabat-sahabat di Internal PMII maupun dengan stakeholder di luar PMII," pungkasnya.