Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur Ir. Sahri |
"Lebih baik para petani menggunakan pupuk organik atau kompos," ujar Sahri pada wartawan di ruang kerjanya, Kamis (01/09/2022).
Jika menggunakan pupuk kimia yang berlebihan, maka dikhawatirkan berakibat pada produksi petanian yang kurang baik. Ia mencontohkan, ada banyak padi yang kelihatannya bagus namun terkadang hasilnya menurun.
"Kenapa kompos? Karena selain dikonsumsi oleh tanaman, kompos juga mampu merekonstruksi struktur tanah untuk lebih bagus," sambungnya.
Sementara kalau menggunakan pupuk kimia, lanjut Sahri maka hal itu akan mengendap dan bisa merusak lahan, karena daya serap pupuk kimia hanya 60 persen.
"Selebihnya ke kiri dan kanan tanaman yang akan menyerap pupuk kimia tersebut," tandas kadis yang dikenal low profile itu.
Ia mengakui, penggunaaan pupuk kompos ini memang lebih banyak, namun itu hanya di awal. Terutama bagi sawah yang baru dicetak atau lahan pertanian baru.
"Penggunaan kompos memang banyak diawal namun pada akhirnya sedikit. Sementara kalau kimia maka akan semakin banyak kita gunakan kedepan. Dan itu tidak baik untuk kesuburan lahan," katanya.
Pihaknya juga mengaku, program ini sudah dilakukan uji coba sebagai percontohan di lahan masyarakat dan hasilnya sangat bagus.
"Kita pernah coba tanam padi kumah (padi berbulu), yang sudah kita coba di Jerowaru dan hasilnya lebih bagus," ucapnya.
Karena itu ia yakin, jika pada tahun pertama saja sudah bagus, apalagi di tahun kedua dan ketiga, maka akan jauh lebih baik di masa mendatang.
Soal biaya, kata dia, penggunaan kompos jauh lebih murah jika dibandingkan dengan pupuk kimia. Karena itu ia berharap masyarakat merubah mindsetnya (pola pikirnya) agar bisa beralih pupuk kompos.
Guna memaksimalkan hal itu, saat ini dinas pertanian sedang melakukan pendataan para produsen pupuk kompos sehingga pihaknya tahu sumber daya yang dimiliki.
"Setelah pendataan, kita akan sosialisasikan dan meminta petani untuk menggunakan pupuk kompos, dan mengurangi kebiasaan menggunakan pupuk kimia berlebihan," ujarnya.