Okenews.net- Saat ini tahapan Pemilu tengah berlangsung. Ruang publik, tongkrongan warung warga, sampai obrolan teras rumah, politik menjadi topik yang tidak pernah absen diperbincangkan. Tak jarang juga perbincangan itu berubah menjadi perdebatan yang kemudian berujung panas karena sama-sama punya jagoan (baca calon) yang didukung.
Menurut saya sah-sah saja itu terjadi, karena pada dasarnya salah satu dari asas Pemilu adalah Bebas, yakni semua warga negara bebas memilih dan menyalurkan hak suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Berdasarkan UU No 7 tahun 2017, Pemilu sendiri adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD RI.
Pemilu adalah Pesta demokrasi yang seharusnya kita sambut dan rayakan dengan riang gembira. Namanya juga pesta, dimana-mana pesta itu ya kita senang-senang, jadi kalau di suatu pesta terjadi perkelahian yang dapat merusak suasana kegembiraan itu, maka ada sesuatu yang salah di dalam prosesnya.
Sebagai penyelenggara Pemilu, tentu kami ingin pesta demokrasi tahun 2024 ini sukses dan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tentu kita tidak ingin Pemilu kali ini dicederai dengan ulah oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Momen Pemilu ini dijadikan warga sebagai kesempatan untuk memilih pemimpin terbaik dengan perasaan yang penuh kegembiraan.
Ungkapan "masa depan bangsa ada di tangan kita" harus kita jadikan pegangan untuk menentukan pilihan kita nanti dalam bilik suara. Pilihan kita juga sangat berdampak pada nasib kita, minimal untuk lima tahun ke depan. Kenapa bisa begitu? Ya jelas, pemimpin yang menguasai pemerintahan itu nantinya berwenang membuat kebijakan yang mengatur tentang hajat hidup kita. Mau berprofesi apapun kita, misalnya sebagai petani, nelayan, buruh, pedagang, pengusaha, guru, honorer, dan profesi lainnya tidak bisa lepas dari kebijakan yang dibuat oleh pemimpin (pemerintah).
Karenanya, sebelum kita memutuskan untuk menentukan pilihan, beberapa hal ini harus kita cermati dan perhatikan. Jangan sampai tertipu dan salah pilih yang kemudian berujung bisa merugikan kita sendiri.
1. Cerdas mengonsumsi informasi
Era digital hari ini informasi bisa datang dari segala penjuru. Kehadiran media sosial membuat informasi tidak bisa dibendung, akhirnya terjadilah banjir informasi. Kita sebagai pembaca dituntut untuk bisa piawai berselancar di tengah gelombang informasi yang tidak terbendung itu.
Informasi yang kita akses itu jangan kita telan mentah-mentah. Kita harus bisa memilah dengan cerdas, mana informasi yang kita butuhkan untuk kita telan. Sebab informasi yang kita terima sekarang itu tidak semuanya informatif dan positif, tidak sedikit informasi itu juga merupakan berita bohong, bahkan ada yang mengarah ke fitnah.
Lebih-lebih momen Pemilu sekarang ini semua platform media dimanfaatkan untuk melakukan kampanye. Tidak sedikit pihak yang memanfaatkan momen kampanye ini untuk menebar berita bohong dengan tujuan menjatuhkan lawan politiknya. Karenanya, jika kita sebagai pemilih tidak bisa cerdas memilah informasi bisa termakan oleh berita bohong itu dan akhirnya bisa salah pilih.
2. Mencari tau Calon yang akan dipilih
Mencari tau tentang calon yang akan kita pilih sangat penting kita lakukan. Tentu kita tidak ingin seperti "membeli kucing dalam karung" bukan? Jadi sebelum memutuskan mau pilih siapa, kita harus memastikan diri bahwa kita benar-benar mengetahui calon yang akan kita pilih itu. Baik itu untuk Pasangan Calon Presiden, DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/kota, ataupun DPD RI.
Hal-hal yang perlu kita ketahui itu adalah diantaranya, bagaimana rekam jejak, prestasi yang sudah ditoreh, pengabdian dan kontribusinya selama ini ke masyarakat, sampai pada bagaiamana adab si calon. Karena menurut saya, selain dia harus pintar, si calon juga harus punya adab yang baik. Karena jika nir adab bisa-bisa setelah mereka terpilih nantinya kita ditikung di tengah jalan. Mereka bisa saja korupsi, memperkaya dirinya sendiri, membuat program kerja piktif, dan menghambur-hamburkan uang negara. Uang atau anggaran yang seharusnya dimanfaatkan untuk membangun dan mensejahterakan masyarakat malah habis dihambur-hamburkan pada kegiatan yang nir manfaat.
3. Tolak politik uang
Politik uang ini harus kita jadikan sebagai musuh bersama. Secara sadar kita harus melawan politik uang ini secara bersama-sama. Mustahil politik uang ini bisa dihentikan jika masyarakat (pemilih) sebagai targetnya masih doyan menerimanya.
Saya mengibaratkan politik uang ini seperti memakan permen, manis sih tapi kalau keseringan bisa kena penyakit diabetes kita. Tidak sadar kita bahwa politik uang ini yang justru telah membajak demokrasi kita selama ini. Banyak tokoh-tokoh kita yang layak menang dan memimpin kita justru kalah dengan orang yang tidak layak tapi karena modalnya besar akhirnya bisa terpilih. Akhirnya kita sendiri yang rugi.
Menurut saya juga, suara kita adalah harga diri kita, jangan mau menggadaikan harga diri (suara) kita dengan uang yang tidak seberapa jumlahnya. Terlalu mahal harga diri kita untuk dinilai walau dengan segepok uang sekalipun.
4. Jangan Golput
Bagaimanapun anda menilai ataupun kecewa dengan pemerintahan ini, Golput bukanlah solusinya. Sikap anda yang memilih golput itu semakin memperparah keadaan. Karena hal itu menandakan anda mimilih diam dan mendiamkan hal-hal yang misalnya membuat anda kecewa pada pemerintahan itu.
Untuk menutup tulisan ini, saya ingin mengutip nasihat yang saya anggap bijak yang ditulis oleh Down Brown pada novelnya "Inferno".
"Tempat tergelap di neraka sudah dicadangkan bagi orang yang bersikap netral di saat krisis moral".