Harganas ke 31 |
Dikatakan dr Sopiati Jamila wakil ketua tim penurunan stunting kabupaten, bahwa Sepanjang Januari- Mei 2024 dikatakan 90,3 persen catin memeiliki resiko dan tersisa hanya 7,7 saja yang idial untuk menikah. Artinya dari yang 90,3 persen ini bukan berarti tidak sehat melainkan saat dilakukan pemeriksaan sebelum dikeluarkan elsimil itu digali semua oleh petugas termasuk didalamnya pengetahun.
"Dari pemeriksaan menyeluruh itulah didapatkan hanya 7,7 persen yang siap dan dieal," ungkap dr Sopiati disela Pelaksanaan kegiatan pelayanan calon pengantin (Catin) Serentak dalam rangka Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke 31 tahun 2024.
Ini menjadi Pekerjaan Rumah (PR) besar bagi pemerintah untuk mempersiapkan catin yang betul-betul ideal dan siap menikah. Diperkirakan di Lombok Timur pasangan yang menikah setiap tahunnya mencapai 12.255 tetapi hingga bulan Meret 2024 angkanya masih relatif kecil.
Dari banyaknya catin yang menikah dengan kurang ideal ini banyak ditemukan anak yang dilahirkan memiliki resiko seperti lingkar tangan kurang dari normal dan HB kurang.
Dengan banyak ditemukan hal demikian dikatakan tentu akan berpengaruh terhadap status kesehatan ibu hamil ditentukan saat catin masih gadis, Karenanya kesehatan catin tidak ditentukan saat mengandung saja tetapi menunjuk pada saat sebelumnya
"Karena dari catin yang sehat dan ideal inilah akan melahirkan genereasi yang bebas stunting," terang dr Sopiati
Jadi ibu hamil yang sehat itu berasal dari gadis-gadis yang sehat," pungkas dr Sopiati.
Senada dengan H. Ahmat, Kadis DP3AKB Lombok Timur, mengatakan 75 ribuan resiko stunting termasuk didalamnya catin, karena itu berbagai strategi di coba untuk sama-sama menanggulangi itu, termasuk melalui aplikasi elsimil untuk menciptakan catin yang sehat.
Cuma sekarang yang menjadi hambatan besar itu dari orang tuan catin yang berpatokan modal menikah itu hanya dua, yaitu cinta dan kerja, Tidak pernah memikirkan hukum positif pernikahan, karenya itu 3 bulan sebelum menikah itu harus ada bimbingan pra nikah.
"Insyaallah dalam rangka hari keluarga nasional kita akan mencoba menggerakkan capaian elsimil itu betul-betul mencapai target karena itu salah satu indikator percepatan penurunan stunting," ucap H. Ahmat.
Kecilnya capaian penurunan stunting karena adanya perbedaan asumsi, dikatakan calon pengantin itu orang yang mau menikah padahal calon pengantin itu adalah semua pasangan usia subur.
"Karenanya kita memberikan bimbingan pra nikah tiga bulan pada setiap remaja usia subur," terang H.Ahmat.
Karenanya untuk percepatan penurunan stunting ini Disampaikan H. Ahmat, Bupati Lombok Timur akan membuat peraturan Bupati yang salah satu isinya setiap remaja atau pasangan usia subur harus melalui proses elsimil, kalau melihat secara keseluruhan Lombok Timur termasuk paling rendah dan targetnya juga paling banyak.
"Selama ini yang dilakukan pendampingan dua hari sebelum menikah, tetapi itu mau ubah menjadi 3 bulan sebelum menikah pada pasangan usia subur," ungkat H. Ahmat.
Dikatakan H.Ahmat, setiap selesai SMA akan dijaring untuk yang melanjutkan pendidikannya untuk diberikan bimbingan pra nikah walaupun dalam waktu dekat belum tentu akan menikah.
"Tetapi itu akan menjadi sasaran kita untuk diberikan pelatihan,"
Terkait dengan target ada perbedaan data antara provinsi dengan kabupaten, Provinsi NTB target untuk Lombok Timur sebanyak 12.250 sementara dari data kabupaten Lombok Timur sendiri sebanyak 5000 an dan baru tercapai 1.700 an masih jauh dari angka 5000.
"Karena itu untuk mencapai target itu kita melakukan pelatihan usia subur seperti ini untuk mencapai pasangan catin yang berkualitas dan sehat agar menciptkan generasi berkualitas dan bebas stunting," tutup H. Ahmat.