Menarik, Hiziban Menjadi Tradisi Warga RT 6 Wanasari Bali yang Takut Ditinggalkan
Okenews.net - Ada hal menarik yang selama ini luput dari perhatian publik terutama jamaah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) terkait dengan kegiatan warga di suatu RT 6 di Wanasari Kampung Jawa Denpasar Bali yakni hiziban rutin malam Jumat yang tidak berani ditinggalkan.
Syamsudin, QH., SH., MH. |
Hiziban merupakan tradisi jamaah NWDI yang membaca doa secara berkelompok yang disusun oleh pendidi NWDI, NBDI, dan NW yakni TGKH M. Zainuddin Abdul Majid. Tradisi hiziban ini rutin jamaah setiap malam Senin atau Jumat atau malam tertentu. Isi hizib itu adalah doa pilihan yang bersumber dari Alqur'an dan Hadits serta doa ulama-ulama hebat.
Ketua Pengurus Wilayah Pemuda NWDI Provinsi Bali Syamsudin, QH., SH., MH mengatakan, hal menarik di RT 6 itu adalah, adanya kegiatan hiziban rutin yang diselenggarakan oleh puluhan warga. Alasan mereka takut jika tradisi membaca hiziban rutin ini karena tradisi yang warisan orang tuan mereka sejak puluhan tahun.
"Menariknya, kegiatan hiziban rutin itu sudah berlangsung sekitar 30 tahun dan baru kita tahu ada jamaah NWDI di sana yang sangat aktif mengamalkan karya yang diwariskan pahlawan nasional Indonesia TGKH M. Zainuddin Abdul Majid," tutur Syamsuddin, Jumat (02/04/2021).
Menurut penuturan warga setempat, tradisi hiziban ini sudah dimulai awal tahun 1980. Dan saat ini mereka merindukan kedatangan atau kunjungan dari tuan guru tokoh NWDI terutama zurriyat yakni TGB Dr. KH Muhammad Zainul Majdi yang selama ini mereka dengar namanya yang sudah masuk dan terkenal di penjuru Nusantara.
Dituturkan, warga di RT 6 Wanasari itu merupakan warga Karangasem yang mengungsi karena letusan Gunung Agung tahun 1960-an yang menetap dan bertahan tinggal disana. Mereka berharap ada yang mengunjungi. "Mereka tidak berani mengundang karena tidak punya kemampuan untuk membiayai kegiatan," tuturnya.
Jamaah Hizib di Pulau Dewata
Syamsudin menceritakan, awal mula ia menemukan jamaah hizib di Pulau Dewata ini pada akhir 2016 awal 2017. Waktu itu ada ikhtiar untuk mewujudkan mimpi terbentuknya lembaga pendidikan NW di Bali. Beberapa kali pertemuan sudah diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Wathan (PWNW) Bali untuk membentuk lembaga pendidikan.
Selain untuk memanfaatkan tanah wakaf di Desa Temukus Singaraja juga untuk mengembangkan syiar dan panji-panji NW pada saat itu. Lokasinya tidak jauh dari pusat wisata pantai Lovina. Melanjutkan ikhtiar,PWNW dan para alumni bersepakat menerbitkan sertifikat wakaf tunai.
Dalam proses tersebut, ia mendapatkan informasi adanya jamaah hizib di Wanasari RT 6 Kampung Jawa Denpasar Bali. Lalu ia bertemu dengan Ketua RT-nya, Yasin termasuk bertemu dengan ketua jamaah, Sahir. Lokasinya di pemukiman padat penduduk, masuk melalui gang sempit dan bisa dilewati 1 motor.
"Dari penuturan pak Yasin dan pak Sahir, tradisi hiziban sudah mereka jalankan sejak awal tahun 1980-an. Lebih-lebih juga setelah satu per satu orang tua mereka wafat dan mewasiatkn agar jangan sampai meninggalkan tradisi hiziban," tutur Ustadz Syamsudin.
Dituturkan, semua warga yang melaksanakan hiziban rutin itu tidak pernah ada di antara mereka yang pernah sekolah di Madrasah NWDI. Namun mereka istiqomah mengamalkan hizib dan bukan atas bimbingan tuan guru atau ustadz dari NW tetapi orang tua mereka.
"Mereka benar-benar patuh dan taat pada wasiat sesepuh mereka,orang tua mereka.Sesepuh mereka inilah yang rupanya punya jalinan hubungan keilmuan dengan Pahlawan Nasional pendiri NWDI," tuturnya alumni MDQH itu.
Oleh karena itu, Pengurus NWDI Bali itu berharap kepada Pengurus Besar (PB) NWDI agar memberikan perhatian kepada kelompok jamaah hizib di Pulau Dewata, karena mereka juga bagian dari nahdliyin yang ikut membentengi dengan do'a di dalam hizib untuk keberlangsungan NWDI daiman abada.
"Jika memungkinkan, PB NWDI perlu mengirim ustadz atau tuang guru tiap bulan atau per tiga bulan untuk memberikan bimbingan pengajian hizib agar jamaah dan simpatisan NWDI semakin memahami nilai-nilai ke-NWDI-an yang diwariskan pendirinya," harapnya.
Ia juga menyebutkan, jamaah berharap, ada anak-anak dari mereka yang dibeasiswakn di Pancor untuk melanjutkan sunnah hasanah yang sudah berjalan dan lebih dari itu untuk melebarkn sayap juang NWDI di pulau Dewata.