Cegah Radikalisme, UGM Lakukan PkM di Lombok Timur
Okenews.net - Guna mencegah penyebaran paham radikalisme di kalangan pelajar dan masyarakat, Universitas Gadjah Mada (UGM) bersama dengan lembaga pendidikan melaksanakan sosialisasi pencegahan radikalisme di sekolah-sekolah, Sabtu (17/06/2023)
Program ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada para siswa tentang bahaya radikalisme, serta membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan untuk memahami dan menghadapi tindakan radikalisme.
Rombongan FKM Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta melaksanakan kegiatannya di dua lembaga pendidikan negeri dan swasta, yakni di SMAN 1 Selong dan MA Muallimin NWDI Pancor.
M. Rodinal Khair Khasri selaku ketua tim mengatakan, dipilihnya Lotim berdasarkan adanya buku yang dibuat Zuhdi, pada tahun 2019, halaman 157, yang menyatakan, NTB adalah sebuah area potensial bagi ide-ide yang mengarah pada tindakan kekerasan radikal (terorisme).
Peristiwa bom Bali dapat menjadi potret vital yang perencanaan sebenarnya dirancang oleh Jama’ah Islamiyah yang menjadikan Nusa Tenggara yang meliputi Bali, NTB dan NTT, sudah dirancang sedemikian rupa program jaringan oleh Al-Qaeda.
Karena itu, tim dosen Fakultas Filsafat UGM menginisiasi pengabdian masyarakat di Lombok Timur, khususnya di pesantren dan lembaga pendidikan negeri untuk membangun rencana strategis dalam penanggulangan paham radikal melalui penguatan ideologi Pancasila pada peserta didik di
pesantren tersebut.
Semntara Dr. Arqom Kuswanjono menyampaikan tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) ini untuk meningkatkan paham kebangsaan, kesadaran akan bahaya ancaman radikalisme dan terorisme bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
"Serta meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai potensi gerakan yang mengarah pada radikalisme dan terorisme dan dapat segera menempuh langkah pencegahan kesadaran pada siswa," terangnya.
Menurutnya, terorisme merupakan cabang lain dari radikalisme.
Ideologi keagamaan seringkali dipicu oleh pemahaman fundamentalisme dalam kehidupan
beragama yang menyebabkan eksklusivitas dalam interaksi sosial.
Di tempat yang sama, Prof. M. Mukhtasar Syamsuddin menyampaikan radikalisme dan terorisme merupakan dua paham atau ideologi yang tidak bisa dipisahkan,
Radikalisme dalam sejarah
ideologi keagamaan seringkali dipicu oleh pemahaman fundamentalisme dalam kehidupan beragama yang menyebabkan eksklusivitas dalam interaksi sosial.
"Jika radikalisme diaktualisasikan dalam bentuk interaksi sosial dalam politik kenegaraan memicu gerakan ekstremisme dalam bentuk terorisme," pungkas Dosen Filsafat Agama, Fakultas Filsafat UGM tersebut.
Tim Fakultas Filsafat UGM Berharap dengan menggandeng beberapa sekolah di Lombok Timur termasuk Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiah (NWDI).
Adapun kegiatan ini akan berbentuk kemitraan, di mana NWDI dan beberapa Sekolah akan
menjadi mitra pencegahan radikalisme yang kontra produktif dengan idealisasi common good dalam
konteks berbangsa dan bernegara.